Perang Rusia dan Ukraina

Intel AS Bocorkan Serangan Rusia ke Ukraina, Putin Bakal Intensifkan Invasi Meski Ekonomi Memburuk

Meskipun kena sangsi ekonomi, Rusia malah akan mengintensifkan serangannya ke Ukraina demi mencapai kemenangan

Editor: Hendra
(Photo by Sergey BOBOK / AFP)
Kondisi balai kota Kharkiv yang rusak pada 1 Maret 2022, hancur akibat penembakan pasukan Rusia. 

POSBELITUNG.CO -- Rusia kini merasakan sanksi dari sejumlah negara setelah menginvasi Ukraina.

Perang Rusia dan Ukraina hingga saat ini masih terus berlanjut atau belum berhenti total.

Meskipun kesulitan ekonomi, perang Rusia dan Ukraina akan terus berlanjut.

Bahkan menurut Pemimpin badan intelijen AS, Presiden Rusia Vladimir Putin malah akan mengintensifkan invasinya ke Ukraina.

Baca juga: Rusia Keluarkan Daftar Negara Bukan Sahabatnya, Amerika Serikat Nomor 1, Singapura pun Jadi Incaran

Dikutip Posbelitung.co dari Tribunnews yang melansir CNA, pemimpin intelijen AS memperkirakan Rusia telah kehilangan 2.000 hingga 4.000 militernya dalam perang di Ukraina

Selain kehilangan sejumlah besar pasukan, negara pimpinan Putin ini juga telah merasakan dampak sanksi internasional.

Kendati demikian, kondisi justru akan lebih buruk bagi Ukraina karena persediaan makanan dan air di Kyiv mungkin habis dalam dua minggu.

"Analis kami menilai bahwa Putin tidak mungkin terhalang oleh kemunduran seperti itu dan sebaliknya dapat meningkat," kata Direktur Intelijen Nasional Avril Haines dalam sidang tahunan Komite Intelijen Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa (8/3/2022).

Haines mengatakan, keputusan Putin menyiagakan pasukan nuklir merupakan langkah yang "sangat tidak biasa" sejak 1960-an.

Baca juga: Pakistan Tak Mau jadi Budak, Tolak Ajakan Kecam Rusia, Sebut NATO dan Barat Tak Tahu Berterima Kasih

Namun analis intelijen tidak mengamati perubahan dalam postur nuklir Rusia di luar apa yang terdeteksi selama krisis internasional sebelumnya.

"Kami juga belum mengamati perubahan postur nuklir di seluruh kekuatan yang melampaui apa yang telah kami lihat di momen-momen ketegangan yang meningkat sebelumnya," kata Haines.

William Burns, direktur Central Intelligence Agency, menggemakan penilaian Haines bahwa Rusia tidak mungkin mundur.

"Saya pikir Putin marah dan frustrasi saat ini. Dia kemungkinan akan menggandakan dan mencoba menggiling militer Ukraina tanpa memperhatikan korban sipil," kata Burns.

Burns mengatakan dia dan analis CIA tidak bisa melihat bagaimana rencana Putin untuk merebut Ibu Kota Kyiv dan mengganti pemerintahan Presiden Volodymyr Zelensky dengan pejabat pro-Rusia.

"Saya gagal melihat bagaimana dia bisa menghasilkan permainan akhir semacam itu dan ke mana arahnya, saya pikir, adalah untuk beberapa minggu ke depan yang buruk di mana dia menggandakan (serangan) dengan sedikit memperhatikan korban sipil," kata Burns kepada komite.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved