Berita Belitung

Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie Upayakan Pembenahan Layanan Kesehatan RSUD Marsidi Judono

Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie turut memberikan tanggapan soal pengaduan keluarga pasien yang mengeluhkan pelayanan oleh seorang perawat RSUD.

Penulis: Rusaidah | Editor: Kamri
Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari
Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie saat berbincang dengan Host Dialog Ruang Kita Disa Aryandi. 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie turut memberikan tanggapan soal pengaduan keluarga pasien yang mengeluhkan pelayanan oleh seorang perawat RSUD Marsidi Judono.

Dalam Dialog Ruang Kita Pos Belitung, Selasa (14/2), Isyak memberikan perspektif dan terobosan yang harus dilakukan manajemen rumah sakit.

Dari persoalan yang terjadi, katanya, perlu dilihat dari perspektif psikologi juga regulasi dan manajemen.

Dari sudut pandang psikologi ketika pasien sedang dirawat di rumah sakit, anggota keluarganya pasti memiliki kekhawatiran, panik, rasa ingin tahu dan ingin cepat mengobati.

Baca juga: Sikap Keras Egianus Kogoya: Pilot Susi Air Tidak Akan Dilepas Hingga Papua Merdeka

Kondisi ini tentu berbeda dengan orang yang tidak punya keluarga atau kerabat yang sedang dirawat.

Makanya kalau ada sedikit saja hal yang memicu antara penyedia jasa dan orang yang menggunakan jasa itu, pastinya akan dengan gampang tersulut emosinya.

Perspektif berikutnya mengenai regulasi dan manajemen.

"Saya mendengar banyak ahli yang membahas tentang SOP, aturan perundangan, saya gak mau bahas itu. Saya sempat bertanya kemarin, kenapa kalau orang tidak boleh lihat rekam medis, dikasih bukunya? Disuguhi, tapi yang boleh dilihat hanya lembar pertama, lembar berikutnya tidak boleh lihat. Kenapa tidak dipisahkan sejak awal?" katanya.

Menurutnya, jika rekam medis tidak boleh dilihat harusnya sejak awal dipisahkan dengan dokumen lain yang boleh dilihat keluarga pasien.

Terjadinya miss komunikasi antara perawat dan keluarga pasien dilatarbelakangi hasil pemeriksaan darah dan rekam medis dalam satu berkas dokumen yang sama diberikan oleh seorang perawat.

Maka tak heran ketika diberikan satu dokumen utuh, orang akan membuka lembar demi lembar.

"Harus ingat bahwa orang yang menjadi pasien tidak selalu orang yang teredukasi dengan baik tentang sistem pelayanan kesehatan. Ada orang desa, orang kampung, orang perkotaan yang tidak hapal SOP, kan tidak ada kewajiban menghapal SOP," katanya.

Baca juga: Bikin Tak Nyawan Warga, Polresta Pangkalpinang Jaring 87 kendaraan Knalpot Brong Selama Dua Pekan

"Kita hanya mau dilayani dengan baik dan sistem kesehatan bagus dan berkualitas. Tugas yang menyediakan jasa adalah menjelaskan dengan baik, kalau tidak bisa, apa susahnya menyampaikan kalimat mohon maaf bapak, bisa kah nanti diatur kembali waktu, itu satu perspektif," jelas dia.

Manajemen pun harus memerhatikan kualitas pelayanan yang baik tanpa memperhatikan latar belakang pasien.

Karena layanan yang diberikan mengarah pada kepuasan dan hospitality yang selanjutnya menjadi tolak ukur di balik aturan yang dibuat.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved