Berita Bangka Barat

Jejak Islam di Pulau Bangka Ditandai Makam Bangsawan di Pemakaman Tangga Seribu Muntok

10 makam yang ditetapkan sebagai benda cagar budaya itu merupakan milik Encik Wan Abdul Jabar yang merupakan mertua Sultan Mahmud Badaruddin I.

Editor: Kamri
Bangkapos.com/Rifqi Nugroho
Suasana pemakaman bangsawan, Kute Seribu atau Pemakaman Tangga Seribu di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat. 

POSBELITUNG.CO, BANGKA BARAT - Keberadaan makam kuno Islam yang berada di komplek pemakaman Kute Seribu atau PemakamanTangga Seribu di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) ikut menandai jejak Islam di Pulau Bangka.

Komplek pemakaman yang terkenal dengan nama Pemakaman Tangga Seribu ini, lokasinya berada di perbukitan.

Letaknya tak jauh dari pusat Kota Muntok.

Komplek pemakaman ini menjadi pusat para peziarah warga setempat maupun dari luar daerah, terutama pada momen tertentu.

Sub Koordinator Sejarah Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, Muhammad Ferhad Irvan menyatakan pada kawasan ini ada 10 makam yang ditetapkan sebagai benda cagar budaya di wilayah Bangka Barat.

“Di komplek pemakaman ini ada makam bangsawan Islam Melayu yang berasal dari keluarga Siantan, berjumlah delapan orang. Selain itu juga ada makam ulama yang memiliki kaitan dengan pendiri Kota Muntok,” ujar Ferhad.

20230408 Makam Bangsawan Muntok
Suasana pemakaman bangsawan Kute Seribu atau Pemakaman Tangga Seribu di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat.

Selanjutnya, ia juga menyampaikan 10 makam yang ditetapkan sebagai benda cagar budaya itu merupakan milik Encik Wan Abdul Jabar yang merupakan mertua Sultan Mahmud Badaruddin I.

Kemudian ada nama Encik Wan Aqup saudara sepupu Sultan Mahmud Badaruddin I.

Ada juga makam Encik Wan Serin saudara sepupu Sultan Mahmud Badaruddin I.

“Ada juga makam Abang Pahang Datuk Tumenggung Dita Menggala dan istri dari Abang Pahang itu. Lalu makam Abang Ismail Tumenggung Karta Manggala, Abang Muhammad Toyyib Tumenggung Kartawijaya. Dilanjutkan Abang Arifin dan istrinya yang bergelar Tumenggung Kartanegara I. Terakhir Abang Muhammad Ali Tumenggung Kartanegara II,” jelasnya.

Ferhad bercerita mengenai sejarah dari komplek PemakamanTangga Seribu tersebut.

Menurut kisah yang ada di Bangka pada sekitar tahun 1758, setelah Sultan Mahmud Badaruddin I meninggal dunia yang kemudian digantikan anaknya Sultan Najamudin menunjuk Abang Pahang Datuk Tumenggung Dita Menggala sebagai penguasa di Bangka.

“Selanjutnya tahun 1759 Abang Pahang Datuk Tumenggung Dita Menggala inilah yang menginstruksikan dibangunnya masjid pertama di Kota Muntok. Meskipun sampai saat ini belum bisa menemukan lokasi pastinya, apakah sama dengan masjid Jamik Muntok saat ini atau di tempat lain,” ujarnya.

Menurutnya, belum bisa ditentukannya titik masjid pertama tersebut karena dari catatan dalam bahasa Belanda yang ditemukan, menunjukkan jika pada 1744 Kota Muntok pernah mengalami kebakaran hebat sehingga mengubah bentuk peta dari kawasan ini.

“Belanda baru membuat peta Kota Muntok pada tahun 1820 oleh Van Der Wijk. Untuk itu peta kawasan ini sudah mengikuti dari apa yang dibuat Belanda, dimana bentuknya tentu berbeda dengan sebelum terjadinya kebakaran,” tuturnya.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved