Berita Pangkalpinang

Jaga Stabilitas Harga TBS Sawit di Babel, DPRD Bakal Bentuk Pansus

Harga tandan buah segar (TBS) sawit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tak kunjung mencapai angka Rp2.000 per kilogram.

Penulis: Ajie Gusti Prabowo |
Bangkapos.com/Edwardi
Tandan buah segar (TBS) sawit. 

POSBELITUNG.CO, PANGKALPINANG - Harga tandan buah segar (TBS) sawit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tak kunjung mencapai angka Rp2.000 per kilogram. Harga TBS sawit, masih bertahan di harga Rp1.760 per kilogram di tingkat pabrik kelapa sawit. Sementara di tingkat pengepul Rp1.450 per kilogram.

"Harga TBS sawit masih stagnan, masih bertahan di Rp1.760 per kg di tingkat Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sedangkan di tingkat pengepul harga TBS Rp1.450 per kg," kata Yanto, petani sawit asal Desa Jeriji, Toboali, Bangka Selatan, Jumat (14/7/2023).

Sedangkan, untuk harga TBS sawit yang langsung ditimbang di perkebunan Rp1.400 per kg. "Tidak tahu mengapa harga TBS di Bangka Belitung belum ada kenaikan signifikan. Sedangkan CPO terus naik," jelasnya.

Padahal, dikatakan Yanto, untuk daerah lain seperti Riau, sebagai patokan harga tertinggi di Indonesia sudah berada di level Rp2.390 per kg. Yanto yang mewakili petani sawit di Babel, berharap, kepada pemerintah dan DPRD dapat mengendalikan harga sawit di Babel. "Kenapa di Bangka Belitung belum menyamai harga itu, mungkin buah sekarang terlalu banyak apa gimana ya?," ujarnya.

Ketua Komisi II DPRD Babel, Agung Setiawan mengaku, banyak menerima keluhan terkait harga TBS sawit yang masih rendah, atau belum mencapai Rp2.000 per kilogram.

"Harga nilai jual TBS masih rendah sekali. Tentu harapan ke pemerintah harga ini bisa di tingkatkan, lebih dari Rp2.000 per kg. Tetapi sampai hari ini Rp1.000 per kg. Dengan kondisi ini membuat mereka petani mandiri, belum sejahtera," ujar Agung.

Agung menegaskan, untuk pengendalian TBS sawit, perlu dilakukan pemerintah dan DPRD Babel yang akan membuat Pansus tentang stabilitas harga TBS sawit di Babel.

"Kita perlu membantu mereka, karena hasil kebun ini untuk menghidupkan keluarga. Dengan adanya Pansus ini lebih kompleks bicara masalah kebun. Mengarah baik soal harga bisa ditekan, bagaimana proses perkebunan yang ada di masyarakat mandiri. Sehingga mereka mampu membuat kelompok tani," jelasnya.

Ia berharap, dengan adanya pembentukan panitia khusus (Pansus) oleh DPRD Babel, maka dapat membuat nilai jual TBS sawit lebih baik ke depan.

"Apalagi ada program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah harus dipercepat. Sehingga nilai sawit cepat majunya. Antara plasma dengan perkebunan harga jual sama. Tentu banyak yang dievaluasi, untuk bagaimana kita memperjuangkan harga agar lebih baik lagi," ucapnya. (riu)

Produk Turunan
KEPALA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Babel, Tarmin mengatakan, hilirisasi industri sawit saat ini sangat dibutuhkan. Sebagai upaya mengoptimalkan produk-produk turunan dari kelapa sawit menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Terutama, beragam produk turunan kelapa sawit tersebut, di antaranya untuk keperluan sektor pangan seperti minyak goreng, nutrisi, bahan kimia, hingga bahan bakar terbarukan.

"Program hilirisasi dan diverisifikasi produk industri sawit yang dimaksudkan untuk mendapatkan nilai tambah produk bahan mentah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan kerja, dan memberi peluang usaha," kata Tarmin.

Tarmin menjelaskan, melalui hilirisasi industri sawit ini diharapkan komoditas yang diekspor tidak lagi berupa bahan baku, tetapi sudah dalam bentuk produk turunan atau barang jadi.

"Sehingga kita dapat meningkatkan harga yang berujung pada peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor," jelasnya.

Sumber: Bangka Pos
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved