Pikada 2024

Semarak Pilkada Bangka Belitung, Anak Yusril, Adik Antasari Azhar hingga Adik Ahok Mencalonkan Diri

Mulai dari anak Yusril Ihza Mahendra, adik Basuki Tjahaja Purnama dan adik Antasari Azhar bakal ikut serta di Pilkada di Bangka Belitung.

Editor: Teddy Malaka
Tribun
Yusril Ihza Mahendra, Antasari Azhar dan Basuki Tjahaja Purnama 

"Kami 15 saudara, sebagian lahir di Bangka, sebagian lahir di Belitung. Tahun 50-an kami ada di sini, saya kebetulan dari genre yang lahir di Belitung, di sinilah kami tumbuh kembangnya," kata Bang Away.

Ia pernah bersekolah di TK Trisula di depan Gedung Nasional, meski hanya menjalaninya selama dua hari karena dianggap cukup cerdas untuk duduk di bangku SD.

Away kemudian langsung duduk di bangku SD, tepatnya di SD Negeri 1 Tanjungpandan atau sekarang menjadi SD Negeri 9 Tanjungpandan di depan Masjid Jami' Al Mabrur (sekarang Masjid Agung Al Mabrur, red).

Hanya enam bulan bersekolah, kelasnya dipindahkan ke SD Negeri 2 Tanjungpandan di Jalan Sriwijaya, Tanjungpandan.

Banyak pengalaman tak terlupakan selama masa belianya.

Di antaranya ia pernah tenggelam di kolong yang di Pantai Tanjungpendam dan menyaksikan tarian Sekak Laut setiap Rabu malam.

Ketika Away tamat SD, keluarganya lalu pindah mengikuti pindah tugas ayahnya ke Bengkulu dan Palembang.

Meski pindah tempat tinggal, ikatan emosional Away dengan tanah kelahiran tak terlupakan.

Bersama saudara laki-lakinya yang lain, dia masih rutin pulang saat musim durian.

Setiap pulang, tak ketinggalan ia selalu datang menikmati kuliner sotong bangkong yang kini berada di Kelurahan Kampong Damai.

Ia pun tumbuh sebagai pemuda cerdas yang menempuh pendidikan jurusan Teknik Sipil di Universitas Indonesia (UI).

Setahun sebelum meraih titel insinyurnya, Away bahkan sudah bekerja tim Bumi Serpong Damai.

Selain lulusan teknik, Away juga lulus dari jurusan ekonomi manajemen dan terakhir lulus magister keuangan di kampus yang sama.

Belasan tahun dijalaninya dengan bekerja sebagai pegawai swasta.

Di sinilah ia memupuk kemampuan.

Sebagai karyawan, ia pun terkenal mahir dalam meyakinkan orang, skill yang lantas menjadi kelebihan yang dimanfaatkannya saat menempuh babak baru dalam hidup yang dimulai sejak usia 45 tahun.

Bagi Away, usia 45 tahun menjadi titik balik keputusan mau kemana setelahnya.

Sadar keunggulannya dan sudah memiliki aset yang dikumpulkan, ia pun memulai bisnis.

Dari usaha properti kecil-kecilan, kebun sawit di Jambi, hingga dulu punya tambang bauksit di Bintan.

Away pun menjadi pengusaha sukses berkat kepiawaiannya berbisnis dan cara pandangnya dalam 'merawat' karyawan.

Menurutnya karyawan merupakan aset.

"Maka setiap perusahaan, saya berikan hasil kontribusi karyawan sehingga mereka merasa memiliki perusahaan. Jadi berbagi itu indah, maka siapapun kita, berapapun nilai yang ingin berbagi, kalau kita ada, berbagi lebih baik. Dimulai keluarga, tetangga, kawan, dan masyarakat," tuturnya.

Meski menjadi pengusaha sukses, tak serta merta membuat Away melupakan tanah kelahirannya.

Ada dua hal yang memotivasinya kembali membangun Belitung.

Mulai dari melihat keresahannya melihat pariwisata Belitung yang tertinggal dari Labuan Bajo hingga wasiat dari orang tuanya.

"Siapapun anak saya yang lahir di Belitung, bila sudah mampu dan sanggup, dan bisa melakukan itu, tolonglah kembali ke Belitung dan berbuatlah semampunya," ujar Away menyampaikan pesan orang tuanya sebelum meninggal.

Ditambah, setiap kali berkunjung ke Belitung, tak banyak perubahan yang dilihatnya.

Tak ada pembangunan masif yang membuat Belitung terlihat berbeda dan berkembang pesat.

Padahal daerah tersebut memiliki potensi alam yang luar biasa.

Away memiliki banyak gagasan-gagasan segar, terutama untuk mengangkat sektor pariwisata yang kini dianggapnya mati suri.

Dia mengkritik pariwisata Belitung yang belum ditunjang dengan standar yang mumpuni untuk siap menjadi tujuan wisata bagi turis-turis mancanegara, hingga pemerintah daerah yang menurutnya kurang proaktif menjemput peluang-peluang yang ada.

Selain pariwisata, Bang Away juga memandang sektor perikanan juga punya potensi besar untuk dikembangkan Belitung, agar tak terus menerus bergantung pada tambang timah.

"Di Selat Nasik, saya lihat kerapu keramba dihargai Rp80 ribu per kilogram karena bibit dan makanan tengkulak sudah pegang. Padahal di Jakarta harganya bisa Rp400 ribu lebih," ucapnya. (Bangkapos.com/Rifqi Nugoho/Bryan Bimantoro/Dede Suhendar)

Sumber: Pos Belitung
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved