Pos Belitung Hari Ini
Kasus HIV Akibat Seks Bebas Bertambah di Bangka Selatan, Seks Sesama Lelaki Mendominasi
Kasus Human Immunodeficiency Virus alias HIV di Kabupaten Bangka Selatan (Basel), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terus bertambah di tahun 2024.
Sejauh ini menurut Slamet, pemeriksaan HIV yang dilakukan dinas tidak dipungut biaya alias gratis.
Sedangkan bila melakukan tes sukarela di rumah sakit swasta akan dikenakan biaya ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
“Kita memang mengalami kesulitan melakukan pendekatan ke komunitas LGBT, karena mereka tertutup. Berbeda dengan populasi kunci seperti WPS, mereka lebih mudah,” kata Slamet.
Meskipun begitu, Slamet mengimbau agar masyarakat tidak memberikan perlakuan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS.
Para penderita HIV/AIDS harusnya dijadikan sebagai lini sektor untuk upaya penuntasan penyakit tersebut.
“Kita terus melakukan edukasi kepada masyarakat supaya tidak melakukan diskriminasi terhadap penderita HIV maupun AIDS,” katanya.
14 Tahun Rutin Berobat
Puluhan orang penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kabupaten Bangka Selatan, masuk dalam pengawasan pemerintah.
Hal itu dikarenakan mereka tengah menjalani pengobatan rutin hingga saat ini. Bahkan pengobatan tersebut telah dijalani orang dengan HIV (ODHIV) hampir selama 14 tahun terakhir.
Diperkirakan jumlah ODHIV akan meningkat seiring pelaksanaan skrining di lapangan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin menyebutkan sejak tahun 2010 hingga Oktober 2024 ini terdata 45 orang menjalani pengobatan HIV secara rutin.
Jumlah tersebut diklaim mengalami penurunan sebesar 26,22 persen atau sebanyak 16 orang dari semula 61 orang menjalani pengobatan. Baik karena meninggal dunia hingga putus berobat lantaran pindah ke luar daerah.
“Hingga saat ini terdata sebanyak 45 orang penderita HIV masih aktif menjalani pengobatan rutin sejak tahun 2010,” ujar dia, Kamis (31/10/2024).
Menurutnya, jumlah penderita HIV yang menjalani pengobatan mengalami fluktuasi setiap tahunnya, akan tetapi lebih cenderung ke pengurangan.
“Mereka mendapatkan pengobatan secara rutin di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) maupun puskesmas di wilayah masing-masing setiap bulannya,” jelasnya.
Kata Slamet, orang tersebut secara rutin mengonsumsi obat yang diberikan secara gratis.
“Orang yang terinfeksi HIV dapat bertahan hidup dengan harapan yang sama dengan orang yang tidak terinfeksi HIV,” tukasnya.
Lanjut Slamet, terutama jika mereka didiagnosis tepat waktu, mendapatkan perawatan medis yang baik dan mematuhi pengobatan.
“Maka dari itu skrining atau pengecekan terhadap kelompok risiko tinggi gencar dilakukan guna mendeteksi sedini mungkin penularan HIV AIDS,” imbuhya.
Menurut Slamet, apabila ada temuan kasus baru akan langsung diobati dengan harapan bisa memutus mata rantai penularan.
Para penderita HIV, lanjut Slamet, akan terus diperhatikan dan diingatkan untuk selalu mengambil obat untuk pengobatan.
“Karena memang belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit HIV. Dengan adanya pengobatan secara rutin atau meminum obat yang diberikan akan menambah umur pasien yang terkena HIV supaya tetap sehat,” terang Slamet.
Kata Slamet, terdapat beberapa langkah yang telah dilakukan pemerintah sebagai upaya menurunkan angka kasus HIV/AIDS.
“Yaitu dengan rumusan ABCDE yang selama ini disosialisasikan sebagai cara pencegahan,” ujarnya.
Jelas Slamet, A yakni Abstinence atau tidak berhubungan seks di luar nikah. Edukasi mengenai HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi dilakukan mulai dari siswa-siswi SMP.
“Berperan sesuai kodrat normalnya manusia, di mana jika pria harus memiliki pasangan wanita, begitu juga sebaliknya,” ucapnya.
Lalu B atau Be faithful, adalah saling setia pada pasangan. Pasalnya, banyak pria yang suka ‘jajan’ di luar dan tidak menggunakan kondom, dapat membawa virus saat pulang ke rumah.
“HIV kemudian bisa menular ke istri di rumah saat berhubungan seksual,” tandasnya.
Kemudian C atau Condom, yaitu penggunaan kondom saat berhubungan seksual.
“Penggunaan kondom ini dinilai sangat efektif mencegah penularan HIV,” tambahnya.
Selanjutnya D, yakni Don’t use drugs atau tidak memakai narkoba.
“Kasus penularan HIV juga banyak terjadi pada pengguna napza suntik secara bergantian,” bebernya.
Dan terakhir E atau Equipment yang artinya menggunakan peralatan steril.
“Kita juga aktif melakukan kegiatan Voluntary Conseling and Testing (VCT, red) pada wanita pekerja tempat hiburan karaoke dan tempat hiburan malam,” ujarnya. (u1)
Pos Belitung Hari Ini
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
HIV/AIDS
Bangka Selatan
Posbelitung.co
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
| Jaksa Agung Bidik Cukong Tambang Ilegal di Bangka Belitung |
|
|---|
| Menhan RI Tegaskan Tambang Ilegal Akan Ditindak: Negara Tak Boleh Kalah |
|
|---|
| Bupati Bangka Geram, Oknum Mitra PLN Sengaja Matikan Listrik saat Warga Antre BBM di SBPU |
|
|---|
| Polisi Jemput Paksa Kades Keciput Belitung, Diduga Terlibat Penipuan dan Pemalsuan Surat Tanah |
|
|---|
| Penambang Ilegal di Bangka Tengah Diminta Bongkar Ponton, Bupati Algafry Beri Waktu 2 hari |
|
|---|
