Berita Belitung

Imlek di Bangka Belitung Meriah Usai PPKM Dicabut, Warga Tionghoa Bersyukur Imlek Lebih Bermakna

Perayaan Tahun Baru Imlek di Bangka Belitung tahun ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya karena pandemi Covid-19, menyusul dicabutnya status PPKM.

Penulis: Novita CC | Editor: Novita
Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah
Pertunjukan barongsai saat perayaan Tahun Baru Imlek di kelenteng Kwan Tie Miau Pangkalpinang, Sabtu (21/1/2023) malam. 

Semerbak bau dupa tercium memenuhi ruangan Kelenteng Kwan Tie Miau Pangkalpinang.

Asap-asap bakaran mengepul memenuhi sisi kelenteng yang padat. Lilin-lilin besar berwarna merah itu mulai dinyalakan ketika sudah pukul 23:00 WIB.

Masyarakat Tionghoa meyakini pukul 11 malam tersebut sudah masuk Sincia, sehingga lilin yang diyakini bakal menjadi penerang menjalani kehidupan setahun ke depan sudah bisa dinyalakan.

Ketua Yayasan Kelenteng Kwan Tie Miau, Henry Kurniawan, menyebut, perayaan Imlek kali ini merupakan perayaan yang sangat dirindukan oleh para masyarakat Tionghoa.

Dua tahun sebelumnya, kata Henry, para umat diminta untuk ibadah dan sembahyang di rumah saja. Tanpa keramian dan kemeriahan.

"Kami rasa ini yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat, bukan hanya masyarakat Tionghoa tapi juga orang Melayu. Terbukti semuanya terhibur dengan barongsai, semuanya menyaksikan barongsai dengan gembira," kata Henry kepada Bangkapos.com, Sabtu (21/1/2022) malam.

Kata Henry, pihaknya juga memberanikan diri menggelar perayaan Imlek yang meriah di tahun 2023 ini lantaran pemerintah telah resmi mencabut PPKM di Indonesia.

Dia berharap, di tahun 2023 ini membawa keberuntungan bagi semua umat beragama di Bangka Belitung.

"Untuk semua umat beragama semoga ditahun yang baru ini selalu diberikan kesehatan, kelancaran berusaha, keselamatan, serta harapan-harapan baik lainya yang selalu kita panjatkan kepada Tuhan," tuturnya.

Makna Penerang Kehidupan

Henry mengatakan, menyalakan lilin pada tahun baru imlek memiliki makna sebagai penerang menjalani kehidupan setahun ke depan.

"Masyarakat Tionghoa meyakini lilin tersebut menjadi harapan agar kehidupan yang dijalani dapat berjalan dengan mudah dan lancar," bebernya.

Kata Henry, lilin merah beraneka ukuran yang ada di kelenteng merupakan sumbangan dari umat, yang kemudian selalu dinyalakan setiap hari di kelenteng.

"Selain sumbangan lilin kita juga ada sumbangan sembako, seperti minyak, gula, garam, beras, dan banyak lagi. Nanti setelah ini akan kita serahkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Bukan hanya masyarakat Tionghoa, tapi masyarakat umum yang membutuhkan," jelasnya.

Setelah sembahyang awal tahun dilaksanakan di kelenteng, pesta kembang api dilaksanakan meriah. Dentuman kembang api baru berakhir hingga pukul 00:20 WIB.

Sumber: Pos Belitung
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved