Pos Belitung Hari Ini

Isu Maraknya Berita Penculikan Anak Dibahas di Jumat Curhat, Kapolda Bangka Belitung Pastikan Hoaks

Yan Sultra kembali mengimbau masyarakat jangan terpancing isu yang belum tentu kebenarannya. Apalagi ikut-ikutan menyebarkan informasi yang salah

Editor: Kamri
dok. Pos Belitung
Halaman Harian Pos Belitung edisi hari ini 

"Saat ini kondisi kita ada dalam kondisi ketidaktahuan, mana yang informasi benar, informasi yang dibuat-buat, informasi yang tidak ada sama sekali karena kondisi ini disebut post truth," kata dia kepada Bangka Pos,
Jumat (3/2).

Wahyu mengungkapkan, kesimpangsiuran informasi soal kasus penculikan belakangan ini tentunya dapat berimplikasi kepada hal-hal lain yang mengganggu kesehatan mental anak.

Mulai dari praduga, cemas berlebihan, takut bersekolah hingga perasaan was-was.

Di mana memang isu penculikan ini hampir terjadi se-Indonesia. Misalnya saja kasus yang terjadi di Papua, seorang orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) justru menelan pahitnya kehidupan karena menjadi terduga penculikan anak.

Begitu pula kasus serupa di Bangka Barat, justru telah dijelaskan informasi tersebut adalah hoaks atau berita bohong.

Belum lagi laporan para penjual es keliling, penjual mainan dan lain-lainnya yang selalu akan mendapat kecurigaan.

Hal ini dikarenakan tidak ada kepastian informasi tentang kasus tersebut dengan baik.

"Namun jika menelisik terkait isu yang melanda di SD N 9 Pangkalpinang justru ada isu atau dugaan penculikan. Ini perlu investigasi oleh pihak berwajib, maka tentunya justru membuat kita harus waspada," jelas Wahyu.

Di sisi lain lanjut dia, sudah sewajarnya bila sebagian orangtua mengalami kecemasan hingga kepanikan yang berlebih saat ini sehingga meminta anaknya tak perlu di luar rumah.

Akan tetapi, jika kasus dugaan ini akan dibiarkan terlalu lama maka semakin lama akan berimbas semakin paniknya orangtua dan anak.

Sehingga fenomena ini harus menjadi titik balik pembuktian pihak berwajib. Apakah benarbenar ada percobaan penculikan atau tidak.

Jika benar, maka ini justru membuat masyarakat lebih sadar bahwa diperlukan pengamanan ekstra.

"Baik yang melibatkan orangtua, guru, anak itu sendiri, pihak pengamanan setempat hingga rasa aman ini benar benar dirasakan," sebutnya.

Kendati demikian kata Wahyu, anak yang menjadi korban penculikan tentunya memerlukan pemantauan oleh tenaga ahli psikologi.

Sebab anak akan trauma, takut, serba bingung mau bermain kemana. Oleh karenanya perlu adanya beberapa upaya yang harus dilakukan saat ini.

Pertama, pihak berwajib bersegera mungkin membuktikan bahwa isu penculikan atau aksi penculikan benar adanya atau tidak.
Kedua, jangan biarkan isu atau informasi yang salah mengalir dengan cepat.

Ketiga, perlu kewaspadaan cepat tanggap jika anak telah harus pulang dari sekolah dan dijemput oleh orangtuanya.

Keempat, penambahan kurikulum atau keterampilan umum pada anak tentang ‘mari amankan diri'.

Kelima, penambahan kamera pengawas di tempat ramai aktivitas anak.

Keenam, perlu adanya pengamanan ekstra oleh pihak setempat mulai dari kepolisian hingga Satpol PP.

Ketujuh, perlu bank informasi bahwa anak akan di jemput siapa dan kapan oleh orangtua.

"Terakhir perlu adanya pengenalan kembali pada aku dan keluargaku misalnya paman dan lainnya serta siapa yang akan menjemput. Semoga kejadian ini memberi pembelajaran bagi kita semua sehingga anak anak bisa merasakan kenyamanan, ketenangan, kedamaian tanpa ada kewaspadaan yang melanda," kata Wahyu. (die/w6/u1)

Sumber: Pos Belitung
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved