Kasus Pembunuhan Hafiza

Kasus Pembunuhan Hafiza di Babar, Pj Gubernur Kaget dan Miris, Tak Pernah Bayangkan Terjadi di Babel

Pj Gubernur Babel, Ridwan Djamaluddin, ikut menyoroti kasus dugaan pembunuhan Hafiza (8), warga Kabupaten Bangka Barat.

Penulis: Novita CC | Editor: Novita
IST/Dokumentasi Polda Babel
Kapolda Bangka Belitung, Irjen Pol Yan Sultra Indrajaya,meninjau Tempat Kejadian Perkara (TKP) penemuan jenazah Hafiza (8) di perkebunan sawit Desa Ibul, Simpangteritip, Kabupaten Bangka Barat, Senin (13/3/2023). 

POSBELITUNG.CO, BANGKA - Penjabat Gubernur Bangka Belitung (Pj Gubernur Babel) Ridwan Djamaluddin ikut menyoroti kasus dugaan pembunuhan Hafiza (8), warga Kabupaten Bangka Barat.

Diberitakan sebelumnya, Hafiza ditemukan dalam kondisi mengenaskan di perkebunan sawit Bukit Intan Bine Blok S47-48 Divisi 3 PT BPL Desa Ibul, Simpangteritip, dengan tangan, kaki terikat dan badan dalam kondisi hancur, pada Kamis (9/3/2023) lalu.

Tim Gabungan Polres Bangka Barat, Polda Bangka Belitung dan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri telah mengamankan seorang terduga pelaku pembunuh Hafiza pada Rabu (15/3/2023).

Kini terduga pelaku yang merupakan seorang laki-laki yang masih di bawah umur, masih diambil keterangan lebih lanjut mengenai motif pembunuhan yang diduga dilakukannyat.

Sebelum ditemukan tak bernyawa, Haifza dikabarkan hilang di perkebunan sawit PT Leidong Wess, Desa Terentang, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada Minggu (5/3/2023) lalu usai bermain bersama teman-temannya.

Penjabat Gubernur Bangka Belitung, Ridwan Djamaluddin
Penjabat Gubernur Bangka Belitung, Ridwan Djamaluddin. Ridwan ikut menyoroti kasus dugaan pembunuhan Hafiza. (Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)

Pj Gubernur Babel Ridwan Djamaluddin tak menyangka dan kaget peristiwa dugaan pembunuhan anak yang ditemukan mengenaskan di perkebunan sawit itu, terjadi di Bangka Belitung.

"Saya enggak terbayang di Bangka Belitung ada kejadian seperti itu, baru dapat informasi dari Pak Kapolda, ada masalah begitu," ujar Ridwan saat meresmikan Perpustakaan Umum Daerah Pemprov, Rabu (15/3/2023).

Putra daerah yang lahir di Muntok, Bangka Barat, ini merasa miris dengan ada kejadian pembunuhan anak tersebut.

Bahkan Ridwan khawatir kemajuan teknologi dan penyebaran informasi yang berlangsung pesat saat ini, menjadi penyebab terjadi kasus dugaan pembunuhan yang sedang menjadi sorotan publik di Babel ini.

"Di media massa kita mengikuti, dari Polda juga, ada pembunuhan anak kecil, delapan tahun, di sebuah tempat perkebunan kelapa sawit, kita belum mengetahui percis motifnya apa. Tapi saya menduga kuat pelaku terpengaruh oleh informasi-informasi menyesatkan sehingga melakukan tindakan yang selama ini, ketika saya kecil di sini tak pernah terbayangkan peristiwa ini terjadi," katanya.

Di era keterbukaan informasi yang tanpa batas ini, Ridwan merasa timbul perang asimetris yang harus menjadi perhatian bersama.

"Hal-hal seperti ini, kita sedang berada pada tataran asimetris itu, dan pemerintah serta masyarakat yang akalnya sehat ini harus memenangkan perang asimetris itu," ucapnya.

"Jangan sampai masyarakat kita jadi korban kemajuan, jadi kemajuan ekonomi dengan adanya perkebunan kelapa sawit dengan masyarakat yang terisolir, kita tidak monitor, tiba-tiba ada kejadian ini. Ini menjadi perang asimetri, masyarakat harus mendapatkan informasi yang bagus, yang menyehatkan, jadi pikiran kita lurus dan tidak bengkok," kata Ridwan

Menyikapi kasus seperti ini, dia menekankan perlu penguatan keluarga di setiap keluarga agar kasus seperti ini tak terulang kembali.

"Menurut saya, keluarga di rumah, anak dan orang tua harus punya kehangatan dan kedekatan. Bicara ada masalah apa, jangan tiba-tiba ada masalah begini, keluarga dan pendidikan harus diperkuat," tegasnya.

Polisi Masih Dalami Motif Terduga Pelaku

Terduga pelaku pembunuhan Hafiza telah diamankan polisi. Terduga pelaku berinisial AC (17) merupakan seorang pelajar, dan usianya masih di bawah umur.

Dia dibekuk di kediamannya di Desa Terentang, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat pada Selasa (14/3/2023) pukul 23.00 WIB.

Kabid Humas Polda Bangka Belitung, AKBP Jojo Sutarjo, mengatakan, polisi masih mendalami motif pembunuhan yang diduga dilakukan AC. Pihaknya masih menunggu hasil penyidikan.

"Motif masih didalami, masih menunggu hasil penyidikan. Untuk pelaku dan barang bukti sudah dibawa ke Mapolres Bangka Barat untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut," kata Jojo kepada Bangkapos.com di Mapolda Babel, Rabu (15/3/2023)..

Jojo menjelaskan, terduga pelaku yang berhasil ditangkap tersebut, merupakan hasil pendalaman penyelidikan dari, tim gabungan, Satreskrim Polres Bangka Barat bersama tim gabungan Jatanras Ditreskrimum dan Unit 1 VC Jatanras Bareskrim.

"Kenapa menuju ke pelaku ini. Jadi untuk sementara, berdasarkan penyelidikan yang dilakukan kecurigaan ,ada informasi dari pihak keluarga menyampaikan untuk SMS mengenai ancaman tersebut. Dari itu dilakukan pendalaman di dapatkan mengarah si pelaku," jelasnya.

Ia menambahkan, Ditreskrimum Polda Bangka Belitung, sifatnya hanya membantu terkait kasus pembunuhan ini.

"Jadi pengungkapan kasus di sana, untuk penanganannya kasus selanjutnya dilakukan di Polres Bangka Barat," kata Jojo.

Tingkat Pengawasan Lemah

Kasus dugaan pembunuhan anak perempuan berumur 8 tahun bernama Hafizah yang ditemukan tewas mengenaskan di perkebunan sawit Bukit Intan Bine Blok S47-48 Divisi 3 PT BPL Desa Ibul, Simpangteritip, Bangka Barat, pada Kamis (9/3/2023), melibatkan terduga pelaku yang merupakan seorang pelajar di bawah umur.

Sosiolog sekaligus Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung, Putra Pratama Saputra, menilai ini persoalan sensitif yang terjadi di kalangan anak-anak.

"Perlakuan kejam kasus pembunuhan yang melibatkan anak, baik sebagai pelaku maupun korban. Persoalan sensitif yang melanda kaum anak, khususnya kasus penculikan dan akhirnya mengarah pada pembunuhan anak," kata Putra, Rabu (15/3/2023).

"Sangat ironis ketika mendengar seorang anak menjadi pelaku bahkan korban penculikan dan pembunuhan seperti yang terjadi di kehidupan sekitar kita. Bahkan bagi klayak umum peristiwanya begitu sangat tragis," tambahnya.

Dia menilai satu di antara penyebab krusial terjadinya pemasalahan yang menimpa anak-anak adalah lemahnya tingkat pengawasan dari keluarga dan masyarakat.

"Komunikasi intens perlu dilakukan agar seorang anak dianggap ada dalam kehidupannya. Selain itu juga, ketidakpedulian kita mengakibatkan para pelaku dengan mudah untuk melakukan tindakan yang tergolong menentang norma hukum dan agama," jelasnya.

Fenomena tersebut, lanjutnya, dapat dikatakan menjadi bagian dari penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat secara umum.

"Lebih lanjut, dapat melukai orang tua baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Secara sosial, keluarga korban berpotensi mengalami trauma yang cukup parah, mengingat peristiwa tersebut merupakan suatu hal yang mengejutkan bagi keluarga maupun anak-anak lainnya," bebernya.

Dia menambahkan, perlu digarisbawahi, orang tua memiliki peran penting dalam merawat anak-anak yang mana pada usia tersebut seharusnya belajar, bermain, dan tumbuh kembang bersama teman-temannya.

"Namun, harus memikul permasalahan yang sangat berat. Untuk saat ini, sebagai masyarakat jangan sampai merumitkan keadaan atau memperburuk trauma yang dialami oleh orang tua dan keluarga korban. Tentunya selalu menjaga anak-anak atau orang tersayang sehingga terhindar dari tindakan yang menyimpang dan merugikan orang lain," tutur Putra (Bangkapos.com/Cici Nasya Nita/Riki Pratama)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved