Berita Pangkalpinang

El Nino Ancam Produksi Sawit di Bangka Belitung, Rentan Gagal Panen Akibat Kekeringan

TFenomena El Nino berpotensi memengaruhi produktivitas serta aktivitas pascapanen tanaman perkebunan, khususnya sawit.

|
Penulis: Suhendri CC | Editor: Novita
Bangkapos.com
Ilustrasi produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Fenomena El Nino berpotensi memengaruhi produktivitas serta aktivitas pascapanen tanaman perkebunan, khususnya sawit. 

POSBELITUNG.CO, BANGKA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim kemarau di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) terjadi pada bulan depan, paling lambat di dasarian II Juni 2023.

Berdasarkan informasi dari BMKG, ada tiga fenomena yang akan cukup memengaruhi kondisi cuaca di Negeri Serumpun Sebalai sepanjang musim kemarau 2023.

Ketiga fenomena yang dimaksud adalah adanya potensi El Nino level lemah pada awal semester II, Bangka Belitung termasuk wilayah yang diprediksi akan mengalami kemajuan musim kemarau sekitar 10 hari, dan Bangka Belitung juga termasuk wilayah yang diprediksi mengalami sifat hujan di bawah normal atau lebih kering dibanding tahun-tahun normal.

Sawit menjadi salah satu komoditas yang rentan gagal panen akibat cuaca ekstrem kekeringan akibat fenomena alam El Nino tersebut.

Fenomena El Nino berpotensi memengaruhi produktivitas serta aktivitas pascapanen tanaman perkebunan, khususnya sawit.

"Pertanaman kelapa sawit di Indonesia, terkait fenomena El Nino yang melanda wilayah Pasifik Selatan membawa kekeringan akan menjadi hambatan pencapaian produksi kelapa sawit di Indonesia," kata Dosen Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi Universitas Bangka Belitung, Tri Lestari, Kamis (25/5/2023).

Tri menjelaskan, proses pembentukan tandan buah sawit sangat ditentukan oleh perubahan cuaca.

Jika terjadi kekeringan, proses pembentukan tandan tersebut akan terhambat.

"Pembentukan bunga pada kelapa sawit terjadi pada periode siklus yang berganti-ganti yang dipengaruhi oleh faktor genetis dan lingkungan. Pembentukan bunga jantan dan bunga yang gugur merupakan salah satu respons terhadap kondisi tanaman kekurangan air akibat cekaman kekeringan," tutur Tri.

Lebih lanjut, dia menyebutkan, fenomena El Nino tidak hanya berdampak negatif pada tanaman kelapa sawit saja, namun juga terhadap semua tanaman, terutama memengaruhi proses pembentukan suatu jenis kelamin bunga yang diduga melibatkan metabolisme pembentukan pati dan gula.

"Dalam proses fotosintesis dan aksi genetik dalam memproduksi hormon, di mana pembentukan tersebut ditentukan oleh ketersediaan air," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun 2023 akan tiba lebih awal dari sebelumnya.

Selain itu, curah hujan yang turun selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya.

"Puncak kemarau 2023 diprediksi terjadi pada Agustus 2023," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/3/2023).

Dwikorita menjelaskan, wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal pada bulan April meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan sebagian besar Jawa Timur.

Adapun wilayah yang memasuki musim kemarau pada bulan Mei meliputi sebagian besar Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Banten, sebagian Pulau Sumatera bagian Selatan, Papua bagian Selatan.

Sementara itu, wilayah yang baru memasuki musim kemarau pada bulan Juni meliputi Jakarta, sebagian kecil Pulau Jawa, sebagian besar Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian Pulau Kalimantan bagian Selatan, dan sebagian besar Pulau Sulawesi bagian utara.

Terkait prakiraan dinamika atmosfer-laut, Dwikorita menyebutkan, pada semester kedua terdapat peluang sebesar 50-60 persen bahwa kondisi netral akan beralih menuju fase El Nino.

Menyikapi situasi tersebut, BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau, terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya).

"Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih. Perlu aksi mitigasi secara komprehensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir," ujar Dwikorita dikutip situs resmi BMKG.

Antisipasi pemprov

Kepala Balai UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Achirtono, mengatakan, cuaca ekstrem di Bangka Belitung belum berdampak signifikan terhadap sektor pertanian.

"Untuk sampai saat ini menurut pantauan kami, belum ada pengaruh terhadap tanaman kelapa sawit dan padi sawah akibat cuaca ekstrem El Nino untuk wilayah Bangka Belitung," kata Achirtono, Rabu (24/5/2023).

Kendati demikian, pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi.

Antara lain, mempersiapkan mesin penyedot air dan menyiapkan sumber pengairan yang berasal dari sumur bor maupun aliran irigasi, terutama untuk tanaman hortikultura seperti cabai, sayur, dan bawang merah di wilayah Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah. (riu)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved