Maka, ketika kita membahas ekonomi thrift, kita sebenarnya sedang membicarakan soal lebih luas. Yaitu bagaimana manusia menegosiasikan nilai-nilai sosial di tengah sistem ekonomi modern. Bahwa di tengah dunia yang makin digital dan impersonal, masih ada ruang untuk kehangatan sosial, rasa percaya, dan solidaritas yang tumbuh dari bawah.
Barangkali, itu sebabnya berburu barang thrift terasa menyenangkan, Karena yang kita beli bukan cuma baju bekas, tapi juga cerita tentang siapa yang pernah memakainya, tentang sejarahnya, dan tentang bubungan sosial yang membuat pasar tetap hidup.
Pada akhirnya, embeddedness mengajarkan kita satu hal sederhana: ekonomi adalah tentang manusia, Tentang bagaimana mereka berinteraksi, membangun kepercayaan, dan menciptakan makna dalam setiap transaksi. Dan selama nilai-nilai itu masih tertanam dalam praktik sehari-hari mungkin masa depan ekonomi Indonesia akan tetap punya wajah yang manusiawi. (*/E6)