Buaya Diduga Diracun
Dua Bangkai Buaya di Jerambah Gantung Pangkalpinang Terabaikan, Buaya Seruni Dibiarkan Tenggelam
Belakangan buaya yang mati itu disebut bernama Seruni. Pemberian nama dilakukan seorang warga.
Karena itu, kematian beruntun buaya dianggap sebagai tindakan merusak ekosistem sungai.
“Buaya itu bagian dari keseimbangan alam. Tak ada tambang atau aktivitas TI di sini, jadi perbuatan ini jelas disengaja hanya untuk kesenangan,” ujar Mantul menambahkan.
Meski belum diketahui pelakunya, warga dan nelayan tetap berinisiatif mengevakuasi setiap bangkai buaya agar tidak menimbulkan bau busuk atau memancing kemunculan buaya lain.
Bukan Sembarangan
Lebih lanjut, Arew menjelaskan, keputusan untuk tidak mengubur dua bangkai buaya bukan diambil sembarangan.
Para nelayan telah mempertimbangkan berbagai opsi, namun kondisi fisik bangkai dan medan yang sulit membuat penguburan menjadi mustahil.
“Kami sudah pikirkan, mau kubur tapi tidak memungkinkan. Buayanya panjang empat meter, berat, dan sudah membengkak. Kubur cara kampung tidak bisa, lambat, tidak efektif,” kata Arew.
Ia menggambarkan betapa sulitnya menggali lubang di daerah itu.
Tanah di sekitar sedikit lumpur berair setiap kali cangkul masuk, lumpur kembali mengalir menutup lubang yang baru terbentuk.
“Minimal lubangnya satu meter. Itu syarat supaya tidak bau dan tidak digali anjing nanti. Tapi di sini tanahnya lunak. Gali sedikit, amblas lagi,” ujarnya sambil menunjukkan area lumpur yang hanya bisa diinjak dengan hati-hati.
Selain itu, bangkai buaya sudah berada dalam fase pembusukan berat. Buaya mengembung, kulitnya mulai melonggar dan terkelupas, dan baunya tercium amis.
“Bau… aduh, tidak bisa kami tahan lama-lama. Makanya kami cepat ambil keputusan,” tambahnya.
Satu Kilometer
Setelah berembuk, nelayan sepakat menggunakan tali tambang sebesar kelingking pria dewasa.
Mereka melingkarkan tali itu ke tubuh buaya, terutama di bagian kepal yang lebih kuat, lalu menarik bangkai itu perlahan-lahan menggunakan perahu kecil.
Proses ini berlangsung 15 menit. Arew dan dua rekannya harus berhenti beberapa kali untuk menahan mual akibat bau busuk yang semakin menusuk hidung.
“Kami ikat dulu kuat-kuat. Lalu kami tarik ke arah hilir. Sekitar satu kilometer dari tempat nelayan biasa melintas ke arah laut Pangkalbalam,” jelasnya.
Pemilihan lokasi juga bukan tanpa alasan. Pada titik tersebut, arus lebih stabil, dan bangkai tidak terlalu dekat dengan permukiman warga.
“Paling aman di sana. Kalau dibiarkan di dekat jembatan, semua orang lewat pasti protes karena baunya,” ujar Arew. (x1)
Eksklusif
buaya
Jerambah Gantung
Kota Pangkalpinang
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kecamatan Gabek
Pos Belitung Hari Ini
| Kalender 2025, Tanggal 17 November 2025 Memperingati Hari Apa? Ada Hari Pelajar Internasional |
|
|---|
| Sarwendah Syok Dua Debt Collector Datangi Rumahnya, Tagih Kredit Mobil Range Rover |
|
|---|
| Cara Mengatasi Sulit Buang Air Besar dengan Ramuan Herbal |
|
|---|
| Karier Manaf Zubaidi Tamat usai Berseteru dengan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi |
|
|---|
| Update Perkembangan Harga Terbaru Emas Antam Hari Ini 16 November 2025, Naik atau Turun? |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/belitung/foto/bank/originals/20251117-Pos-Belitung-Hari-Ini-edisi-Senin-17-November-2025.jpg)