Warga Belitung Korban TPPO
Prof. Dr. Dwi Haryadi: Jangan Mudah Tergiur, Masyarakat Diminta Waspada Modus TPPO
Maraknya kasus dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Belitung kembali mendapat sorotan dari kalangan akademisi
“Kalau menghubungi saya itu terakhir tanggal 6 November kemarin. Waktu itu video call karena anaknya ulang tahun,” kata M, adik BT, dengan suara yang bergetar ketika ditemui Posbelitung.co, Kamis (20/11/2025).
Sejak panggilan video itu, tak ada lagi kabar. Tidak ada pesan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan pasangan muda itu. Hanya kecemasan yang kini memenuhi rumah mereka.
Menurut M, kepergian BT dan YA berlangsung mendadak. Mereka membuat surat kesehatan, lalu tiba-tiba berangkat pada akhir September 2025.
“Jadi tiba-tiba, habis buat surat kesehatan langsung berangkat. Mungkin dia gak berani bilang ke orang tua, takut tidak dikasih berangkat,” ungkap M.
Pasangan itu sempat menyebut akan bekerja di Thailand. Pekerjaan “itu lah” (scamming—red) begitu BT pernah menyiratkan. Namun M mengaku abangnya sangat jarang bercerita. Telepon hanya untuk menyapa anaknya. Bila ditanya pun jawabannya singkat.
“Jarang cerita, kecuali ditanya, baru bilang. Karena kami hanya nunggu dia nelpon. Kalau kami yang nelpon dak bisa, karena kalau lagi kerja dak pegang HP,” ujarnya.
BT dan YA sempat berpindah-pindah lokasi. Dari Jakarta ke Bogor, kemudian ke Kalimantan, hingga akhirnya melintas ke Malaysia. Terakhir, M menduga mereka berada di daerah perbatasan negara. Setelah itu, gelap.
Baca juga: Kisah Pilu Rizki Kiper Asal Bandung Jadi Korban TPPO di Kamboja, Disiksa dan Dipaksa Kerja Keras
Mengarah ke Myanmar, Bukan Thailand atau Malaysia
Kisah BT dan YA bukan satu-satunya. Belakangan, terungkap bahwa ada 11 warga Belitung yang diduga kuat menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Mereka tidak bekerja di Malaysia sebagaimana dijanjikan, melainkan dibawa hingga ke Myanmar untuk dipekerjakan sebagai scammer atau pekerja judi online.
Salah satunya adalah EN (24), warga Tanjung Pendam. Ia berangkat pada 30 Juli 2025 setelah dijanjikan gaji Rp12 juta per bulan. Tujuan awalnya pun disebut Malaysia.
Namun faktanya, EN juga berakhir di Myanmar.
Korban terakhir menghubungi keluarganya pada 22 Oktober 2025. Dalam panggilan itu, EN mengatakan telah terjadi penggerebekan pekerja ilegal.
Sejak saat itu, ia tak bisa lagi dihubungi.
“Ya betul sekali informasinya (warga Belitung jadi korban TPPO). Ini kami ketahui setelah kakak kandung korban melaporkan kepada kami secara langsung minggu kemarin,” kata Kabid Tenaga Kerja Dinas KUMPTK Belitung, Erwan Junandi, Rabu (19/11).
Menurut Erwan, dari 11 korban, identitas enam orang telah dikonfirmasi. Mereka berasal dari Kampong Damai, Tanjung Pendam, dan Kelurahan Kota Tanjungpandan.
“Modusnya mereka akan dipekerjakan di Malaysia, dengan gaji besar, tapi faktanya mereka dibawa ke Myanmar,” ujarnya.
| Video Call Terakhir untuk Sang Anak, Jejak Warga Belitung yang Diduga Jadi Korban TPPO di Myanmar |
|
|---|
| Pasutri Asal Belitung Diduga Jadi Korban TPPO, Sempat Video Call Saat Anak Ultah |
|
|---|
| 11 Warga Belitung Jadi Korban TPPO, Wabup Belitung Prihatin, Syamsir: Kami Akan Beri Pendampingan |
|
|---|
| Warga Belitung Diduga Jadi Korban TPPO di Myanmar, Dinas KUMPTK Imbau Perangkat Desa Lebih Peka |
|
|---|
| Warga Belitung Diduga Jadi Korban TPPO di Myanmar, Diiming-iming Gaji Besar di Malaysia |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/belitung/foto/bank/originals/Dwi-Haryadi-2025.jpg)