Pos Belitung Hari Ini

Warga di Belitung Lesehan di Pintu Gudang Kolektor, Istri Alman Jual Timah Tengah Malam

Razia ini menjadi momok bagi para penambang seperti dirinya, yang bekerja keras mencari rezeki di tengah bayang-bayang ketidakpastian.

Editor: Novita
Dokumentasi Posbelitung.co
Pos Belitung Hari Ini edisi Jumat, 26 Juli 2024 

Karena jika kuota yang ditetapkan tidak mampu menampung potensi yang ada, secara otomatis timah masyarakat tidak dibeli.

Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengepul dan kolektor untuk membeli timah dengan harga murah.

“Harga tetap ditekan mereka karena tidak ada yang beli. Jadi yang untung itu orang-orang bermodal dan punya jalur sendiri,” katanya.

IS menambahkan, meskipun kuota yang ditetapkan berimbang dengan potensi, tanpa diimbangi dengan harga beli yang sepadan, tidak akan efektif. Penambang tetap memilih pengepul atau kolektor yang membeli dengan harga tinggi.

“Harga ini kan tidak sama masing-masing pengepul dan kolektor. Mereka tetap bersaing untuk mendapatkan timah masyarakat,” katanya.

Harga jual timah memang berbeda di tiap tingkatan mulai dari kolektor hingga meja goyang. Kolektor biasanya mengambil keuntungan dari harga yang ditawarkan smelter atau PT Timah Tbk.

Harga tersebut kemudian dipotong dan ditawarkan kembali kepada meja goyang yang menerima timah dari masyarakat. Harga beli timah dari kolektor sekitar Rp125.000 per kilogram untuk kandungan OC 72, dengan selisih Rp2.500 di setiap kenaikan OC.

Namun, kondisi saat ini menunjukkan bahwa meja goyang menerapkan harga sama rata untuk semua OC karena tidak banyak kolektor yang bersedia membeli timah.

“Jadi kayak sistem tembak, misalnya mau OC 72 atau 76 itu dibeli Rp130 ribu per kilo. Karena saat ini sedikit yang beli, jadi kalau mau jual silah, tidak pun tidak apa-apa,” katanya.

(del/dol)

Sumber: Pos Belitung
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved