Pos Belitung Hari Ini

Bisnis Seksi Si Meja Goyang di Belitung Timur, Satu Meja Habiskan Rp100 Juta

Sedikitnya 20 meja goyang beroperasi di pinggir jalan raya melewati jembatan Sungai Manggar sampai dengan Pasar Sukamandi, Belitung Timur.

Editor: Novita
Dokumentasi Posbelitung.co
Pos Belitung Hari Ini, Senin 11 September 2023 

Sementara itu, peran DLH Beltim lebih condong ke perizinan-perizinan yang sudah diatur dan diurus, termasuk pembinaan terhadap perusahaan mengenai lingkungan.

DLH tidak menentang keberadaan meja goyang, hanya saja yang bermasalah adalah letaknya yang berada di permukiman warga.

Maka itu, pada surat bupati yang pernah diterbitkan pada tahun 2021 tidak pernah ditulis melarang, tapi meminta agar dipindahkan ke area yang masuk ke dalam wilayah IUP dan jauh dari permukiman.

"Kenapa kita minta mereka masuk ke dalam IUP, agar mereka mempunyai penanggungjawabnya, yaitu si pemilik IUP, kalau di permukiman kan tidak tahu siapa penanggungjawabnya, dan secara tata ruang juga itu sudah pasti melanggar, karena kegiatan itu bagian dari kegiatan usaha pertambangan, proses pengolahan timah," jelasnya.

10 Menit bisa olah 10 kg pasir timah

Meja goyang di Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mendapat pasokan pasir timah dari penambang di sekitar wilayah tersebut.

Pasir timah itu bisa dibeli Ketika sudah bersih dari siap jual. Bisa juga operator meja goyang hanya mengambil upah dari pengolahan pasir timah tersebut.

"Kalau jasa goyang kan per kilogram Rp1.000 kan, terus nanti sudah bersih dijual di sini, jadi timahnya masuk ke kita, jasa kita itu goyang terus beli timahnya, tapi ada juga yang cuma mau pakai jasa goyang saja, cuma kebanyakan langsung jual ke kita," kata Tino (33), seorang operator meja goyang di Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur, Rabu (7/9/2023).

Tino menyebut waktu yang dibutuhkan untuk mengolah pasir timah hingga siap jual itu tergantung dari kualitas pasir timah dan jumlahnya.

"Kalau halus lambat tapi kalau kasar cepat, rata-rata 10 menit setiap lima kilogram," ujarnya.

Begitu juga untuk harga beli timah. Tino menyebut semakin tinggi kadar OC atau SN, maka semakin tinggi pula harganya.

"Kebanyakan OC yang dijual ke sini 60 lebih, daripada banyak terbuang, jadi lebih baik ambil banyak," kata Tino.

"Sekarang kalau kita beli untuk kadar Ose 72 Rp200 ribu per kilogram," ujarnya.

Saat ini, Tino mengaku tidak banyak mendapat pasir timah untuk digoyang. Belakangan ini, satu hari Tino Cuma goyang 40 kilogram timah. Berbeda dengan dulu yang bisa sampai hingga ratusan kilogram.

"Paling banyak saya pernah goyang timah sebanyak 10 ton lebih, itu dari pagi jam delapan sampai jam tiga sore, untuk satu itu saja, tidak menerima orang lain," kata Tino yang karena sepi penambang yang membawa timah kini lebih sering mengoperasikan meja goyang mulai pukul 16.00 sampai pukul 21.00 WIB.

"Kalau ada orang saja mesin dinyalakan," ujarnya.

Serupa disampaikan Faizal (28), operator meja goyang lainnya. Rata-rata, kata Faizal, ada 50 kg pasir timah yang digoyangnya. Paling banyak, pria yang akrab disapa Pijay itu menggoyang 80 kg pasir timah.

"Makanya aku sendiri inisiatif minta digaji Rp1.000.000 per minggu, karena kalau ambil fee per kilogram cuma sedikit, banyak meja soalnya di sini," kata Pijay.

Dijual ke kolektor

Tino mengatakan timah bersih yang mereka peroleh dari hasil pengolahan meja goyang dijual ke kolektor yang ada di Beltim. Ada juga yang ke kolektor lain di Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, serta smelter-smelter.

"Smelter ini kan cuma mau timah bersih punya kita yang sudah digoyang, baru dijual ke smelter," kata Tino.

"Kalau OC 72 kita jual Rp200 ribu, kalau kita belinya seratus ribuan, ambil ujung-ujung sedikit lah," lanjutnya.

Berbeda dengan Pijay yang bekerja dengan Asui. Menurutnya, penjualan timah bersih hasil meja goyang tergantung Asui.

"Bang Asui ini punya ipar namanya Joni yang kolektor. Jadi dia sering jual ke Joni. Tapi pernah sih Bang Asui jual ke pengepul lain selain Bang Joni, tapi itu kalau harganya lebih bagus," kata Pijay yang juga menyebut penjualan ke kolektor itu dilakukan sekitar satu kali dalam satu minggu.

"Semua kolektor timah emang kayak gitu," ujarnya.

Pun Asui mengakui menjual timah hasil olahan meja goyang ke pihak lain yang disebutnya sebagai bos kedua.

"Modal juga kita bisa mitra sama bos," kata Asui.

(Posbelitung.co/w6/v1)

Sumber: Pos Belitung
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved